Kepiting bakau menjalani
sebagian besar daur hidupnya di ekosistem mangrove dan memanfaatkan ekosistem
mangrove sebagai habitat alami utamanya, yakni sebagai tempat berlindung,
mencari makan, dan pembesaran. Kepiting bakau melangsungkan perkawinan di
perairan hutan mangrove dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan
telurnya, kepiting betina akan beruaya dari perairan hutan mangrove ke laut
untuk memijah. Sedangkan kepiting bakau jantan akan tetap berada di perairan
hutan mangrove untuk melanjutkan aktifitas hidupnya.
Setelah
memijah, kepiting bakau betina akan kembali ke hutan mangrove, demikian pula
dengan dengan juvenil kepiting bakau yang akan bermigrasi ke hulu estuaria
untuk kemudian berangsur-angsur memasuki hutan mangrove (Siahainenia 2008).
Ekosistem mangrove merupakan tempat ideal bagi
kepiting bakau untuk berlindung. Kepiting muda yang berasal dari laut, banyak
dijumpai di sekitar estuari dan hutan mangrove karena terbawa arus laut dan
pasang sehingga akan menempel pada akar-akar mangrove untuk berlindung
(Hutching & Saenger 1987 dalam Siahainenia 2008). Sedangkan kepiting
bakau dewasa merupakan penghuni tetap hutan mangrove dan sering dijumpai
membenamkan diri dalam substrat lumpur atau menggali lubang pada substrat lunak
sebagai tempat persembunyian (Queensland Departement of Industries 1989 dalam
Siahainenia 2008). Banyak penelitian menunjukkan bahwa komunitas mangrove
memainkan peranan penting bagi berbagai jenis biota yang hidup pada, atau di
sekitar ekosistem tersebut. Nontji (1987), mengatakan bahwa beberapa produk
perikanan yang bernilai ekonomi penting, mempunyai hubungan yang erat dengan
ekosistem mangrove seperti udang (Penaeus), kepiting bakau (Scylla)
dan Tiram (Crassostrea).
Setelah berganti
kulit (moulting), kepiting bakau akan melindungi dirinya dengan
cara membenamkan diri atau bersembunyi di lubang hingga karapaksnya mengeras.
Hutching & Saenger (1987) dalam Siahainenia (2008) menyatakan bahwa
kepiting bakau hidup di perairan sekitar hutan mangrove dan memakan
akar-akarnya (pneumatophore). Sementara Hill (1982) dalam Siahainenia
(2008) menyatakan bahwa perairan di sekitar hutan mangrove sangat cocok untuk
kehidupan kepiting bakau karena sumber makanannya seperti bentos dan serasah
cukup tersedia.
No comments:
Post a Comment