Tuesday, June 3, 2014

Serangan Epifit Pada Rumput Laut (Etiologi, Gejala Klinis, Diagnosa, Mekanisme Infeksi)

Salah satu permasalahan utama pada budidaya rumput laut adalah penyakit yang diakibatkan oleh "serangan epifit" (ganggang merah berfilamen) (Varaippan 2006). Serangan epifit bukan fenomena baru dalam budidaya rumput laut. Hal ini telah berlangsung sejak pemeliharaan rumput laut dilakukan dalam skala budidaya. Namun, sedikit yang diketahui dari agen penyebab mereka, musiman, modus aksi dan faktor yang menyebabkan wabah (Varaippan 2006).

Epifit adalah ganggang non parasit berbulu kecil yang menempel pada tanaman inang. Epifit yang tumbuh pada rumput akan menghambat sinar matahari sehingga menggangu proses fotosintesis. Serangan epifit juga berkorelasi dengan kejadian penyakit ice-ice, dimana bagian talus rumput laut yang terserang oleh epifit menjadi rentan terserang bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit ice-ice (Varaippan, 2008).

Untuk lebih rincinya berikut ini akan diuraikan mengenai etiologi, anatomi makro dan anatomi mikro pada rumput laut yang terinfeksi oleh penyakit ice-ice serta serangan epifit, sehingga dapat menjadi referensi dalam penelitian yang berkaitan dengan penyakit pada rumput laut khususnya jenis Kappaphycus alvarezii.

1.  Etiologi
Epiphytic filamentous algae/alga epifit berfilamen (EFA) tercatat sebagai masalah serius sejak awal budidaya K. alvarezii (Varaippan 2006). Vairappan (2008) melaporkan bahwa pecahnya EFA berkorelasi dengan perubahan drastis suhu air laut dan salinitas dari Maret sampai Juni dan September hingga November. Selain fluktuasi suhu dan salinitas, faktor fisik lain seperti level nutrien dan fotoperiod juga berperan penting dalam kelimpahan epifit di suatu areal (Varaippan 2006)

2. Anatomi Makro

2.1 Gejala klinis
Serangan epifit pada K. alvarezii ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam kecil pada permukaan sel kutikula, kemudian menjadi epifit vegetatif  yang terasa kasar bila disentuh. Serangan epifit menyebab rumput laut menjadi rentan terhadap kerusakan talus dan serangan bakteri (Varaippan 2006).

2.2 Diagnosa
Diagnosa penyakit pada rumput laut dapat dilakukan secara visual dan mikrobiologis [KKP, 2010]. Untuk mendiagnosa penyakit rumput laut, lebih didasarkan pada pengalaman pribadi atau studi pustaka mengenai pertumbuhan dan faktor-faktor biotik yang mempengaruhi perkembangan rumput laut. Diagnosis visual terbatas karena gejala yang sama mungkin timbul dari agen yang berbeda, sebaliknya agen yang sama (terutama jika abiotik) dapat menyebabkan gejala yang berbeda terhadap alga yang berbeda (Largo, 2002). 

Hasil penelitian Varaippan (2006) menemukan epifit berupa algae merah jenis Neosiphonia savatieri (Hariot), sebagai epifit yang dominan menginfeksi rumput laut K. alvarezii (80-85%). Selain dari jenis N. savatieri, juga ditemukan epifit dari jenis N. apiculata, Ceramium sp., Acanthophora sp. dan Centroceras sp. Largo (2002) menyebutkan jenis polysiphonia dan diatom juga berperan sebagai epifit pada K. alvarezii.



Gambar 1. Sampel rumput laut yang terserang epifit


2.3 Mekanisme infeksi
Epifit menyerang rumput laut dengan cara melekatkan diri pada basal menggunakan rhizoid primer atau rhizoid sekunder. Hasil penelitian Varaippan (2006) menunjukkan bahwa epifit jenis N. savatieri melekat menggunakan rhizoid yang mempunyai 2-4 cabang. Cabang horisontal yang melebihi 8-10 mm terlihat melekat pada rumput laut pada daerah yang berbeda melalui rhizoid sekunder. Epifit tersebut menyebabkan lesi ringan atau retak pada titik di mana epifit menginfeksi rumput laut.



Gambar 2. Hasil pemeriksaan mikroskopik bagian tallus K. alvarezii yang terserang epifit (Largo 2002)
 
3. Anatomi Mikro
Studi histologis yang dilakukan pada jaringan rumput laut ditemukan epifit mampu untuk menembus inang, yang ditunjukkan pada Gambar 3A dan 3B. Gambar 3A menunjukkan epifit dengan sumbu utama sejajar horizontal dengan inang, dengan dua rhizoid yang menembus inang. Pada Gambar 3B, dua rhizoid ditampilkan menembus ke dalam lapisan sel korteks rumput laut; (1) rhizoid pertama (I) terlihat menembus sangat dalam, ke sel korteks bagian dalam, di mana rhizoid tersebut dikelilingi oleh sel-sel korteks luar dan sel korteks dalam, (2) rhizoid kedua hanya menembus ke lapisan sel korteks terluar (II) saja.


  Gambar 3. Histologi epifit pada rumput laut; (A) cross section pertama cabang epifit (I), dan dua rhizoid yang melekat pada inang (II & III); (B) penetrasi rhizoid ke lapisan dalam sel korteks (I) dan lapisan luar sel korteks (II) (Varaippan 2006)


No comments:

Post a Comment