Salah satu
permasalahan utama pada budidaya rumput laut adalah penyakit yang diakibatkan
oleh "serangan epifit" (ganggang merah berfilamen) (Varaippan
2006). Serangan epifit bukan fenomena baru dalam budidaya rumput laut. Hal ini
telah berlangsung sejak pemeliharaan rumput laut dilakukan dalam skala
budidaya. Namun, sedikit yang diketahui dari agen penyebab mereka, musiman,
modus aksi dan faktor yang menyebabkan wabah (Varaippan 2006).
Epifit adalah
ganggang non parasit berbulu kecil yang menempel pada tanaman inang. Epifit
yang tumbuh pada rumput akan menghambat sinar matahari sehingga menggangu
proses fotosintesis. Serangan epifit juga berkorelasi dengan kejadian penyakit ice-ice,
dimana bagian talus rumput laut yang terserang oleh epifit menjadi rentan
terserang bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit ice-ice (Varaippan,
2008).
Untuk lebih rincinya berikut ini akan
diuraikan mengenai etiologi, anatomi makro dan anatomi mikro pada rumput laut
yang terinfeksi oleh penyakit ice-ice serta serangan epifit, sehingga dapat
menjadi referensi dalam penelitian yang berkaitan dengan penyakit pada rumput
laut khususnya jenis Kappaphycus alvarezii.
1.
Etiologi
Epiphytic
filamentous algae/alga epifit
berfilamen (EFA) tercatat sebagai masalah serius sejak awal budidaya K.
alvarezii (Varaippan 2006). Vairappan (2008) melaporkan bahwa pecahnya EFA
berkorelasi dengan perubahan drastis suhu air laut dan salinitas dari Maret
sampai Juni dan September hingga November. Selain fluktuasi suhu dan salinitas,
faktor fisik lain seperti level nutrien dan fotoperiod juga berperan penting
dalam kelimpahan epifit di suatu areal (Varaippan 2006).
2. Anatomi Makro
2.1 Gejala klinis
Serangan epifit
pada K. alvarezii ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam kecil
pada permukaan sel kutikula, kemudian menjadi epifit vegetatif yang
terasa kasar bila disentuh. Serangan epifit menyebab rumput laut menjadi rentan
terhadap kerusakan talus dan serangan bakteri (Varaippan 2006).
2.2 Diagnosa
Diagnosa penyakit
pada rumput laut dapat dilakukan secara visual dan mikrobiologis [KKP, 2010].
Untuk mendiagnosa penyakit rumput laut, lebih didasarkan pada pengalaman
pribadi atau studi pustaka mengenai pertumbuhan dan faktor-faktor biotik yang
mempengaruhi perkembangan rumput laut. Diagnosis visual terbatas karena gejala
yang sama mungkin timbul dari agen yang berbeda, sebaliknya agen yang sama
(terutama jika abiotik) dapat menyebabkan gejala yang berbeda terhadap alga
yang berbeda (Largo, 2002).
Hasil
penelitian Varaippan (2006) menemukan epifit berupa algae merah jenis Neosiphonia
savatieri (Hariot), sebagai epifit yang dominan menginfeksi rumput laut K.
alvarezii (80-85%). Selain dari jenis N. savatieri, juga ditemukan
epifit dari jenis N. apiculata, Ceramium sp., Acanthophora
sp. dan Centroceras sp. Largo (2002) menyebutkan jenis polysiphonia dan
diatom juga berperan sebagai epifit pada K. alvarezii.
Gambar 1.
Sampel rumput laut yang terserang epifit
2.3 Mekanisme
infeksi
Epifit menyerang
rumput laut dengan cara melekatkan diri pada basal menggunakan rhizoid primer
atau rhizoid sekunder. Hasil penelitian Varaippan (2006) menunjukkan bahwa
epifit jenis N. savatieri melekat menggunakan rhizoid yang mempunyai 2-4
cabang. Cabang horisontal yang melebihi 8-10 mm terlihat melekat pada rumput
laut pada daerah yang berbeda melalui rhizoid sekunder. Epifit tersebut
menyebabkan lesi ringan atau retak pada titik di mana epifit menginfeksi rumput
laut.
Gambar
2. Hasil pemeriksaan mikroskopik bagian tallus K. alvarezii yang
terserang epifit (Largo 2002)
3. Anatomi Mikro
Studi histologis yang dilakukan pada jaringan
rumput laut ditemukan epifit mampu untuk menembus inang, yang ditunjukkan pada
Gambar 3A dan 3B. Gambar 3A menunjukkan epifit dengan sumbu utama sejajar
horizontal dengan inang, dengan dua rhizoid yang menembus inang. Pada Gambar
3B, dua rhizoid ditampilkan menembus ke dalam lapisan sel korteks rumput laut;
(1) rhizoid pertama (I) terlihat menembus sangat dalam, ke sel korteks bagian
dalam, di mana rhizoid tersebut dikelilingi oleh sel-sel korteks luar dan sel
korteks dalam, (2) rhizoid kedua hanya menembus ke lapisan sel korteks terluar
(II) saja.
Gambar 3. Histologi epifit pada rumput laut; (A) cross
section pertama cabang epifit (I), dan dua rhizoid yang melekat pada inang (II
& III); (B) penetrasi rhizoid ke lapisan dalam sel korteks (I) dan lapisan
luar sel korteks (II) (Varaippan 2006)
No comments:
Post a Comment