Spektrofotometri merupakan salah satu teknik analisis kualitatif dan
kuantitatif yang cukup andal, metode ini melibatkan pengukuran dan interpretasi
radiasi elektromagnetik yang diserap atau diemisikan ketika molekul, atau atom,
atau ion, dari suatu sampel bergerak dari satu tingkat energi tertentu ke
tingkat energi lainnya. Setiap atom mempunyai hubungan yang khas dengan radiasi
elektromagnetik. Pembagian spektrum elektromagnetik sinar tampak terdapat pada
daerah panjang gelombang 400 sampai 750 nm. Komponen warna yang terurai dari
sinar putih dapat diserap dan sisanya diteruskan sebagai warna yang teramati
secara kasat mata, sinar yang diserap dinamakan warna komplemen. Penggunaan
spektroskopi sebagai sarana penentuan struktur senyawa memiliki sejarah yang
panjang. Reaksi nyala yang populer berdasarkan prinsip yang sama dengan
spektroskopi. Di pertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman Robert Wilhelm Bunsen
(1811-1899) dan fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff (1824-1887)
bekerjasama mengembangkan spektrometer.
Dengan bantuan
alat baru ini, mereka berhasil menemukan dua unsur baru, rubidium dan cesium.
Kemudian alat ini digunakan banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru semacam
galium, indium dan unsur-unsur tanah jarang. Spektroskopi telah memainkan peran
penting dalam penemuan gas-gas mulia. Metoda penyelidikan dengan bantuan
spektrometer disebut spektrometri.
Spektrosfotokopi ultraviolet-visible (UV-Vis) adalah pengukuran jumlah radiasi UV-Vis yang diserap
oleh senyawa sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi. Panjang gelombang
serta intensitasnya ini tergantung dari jenis ikatan dan gugus karakteristik
dari molekul (Christian 2004). Spektrum tampak (visibel) terentang dari sekitar
400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang
dari 100 nm sampai dengan 400 nm (Fessenden and Fessenden 1986).
Serapan cahaya
oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik
dari molekul. Spektrum UV-Vis dari senyawa organik berkaitan erat dengan
transisi-transisi elektron diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik.
Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan atau orbital pasangan
bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Tetapi dalam
praktik, UV-Vis digunakan terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi
(Sastrohamidjojo 2001).
Spektrum UV-Vis
adalah suatu gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan
intensitas serapan (transmitasi atau absorbansi). Sering gambar ditunjukan
sebagai gambar grafik atau tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan
serapan molar atau log dari serapan molar, Emax atau log Emax
(Sastrohamidjojo 2001).
Beberapa istilah
yang perlu diketahui dalam spektrosfotokopi ultraviolet-visibel adalah:
1. Gugus kromofor, yaitu suatu gugus kovalen tidak jenuh
yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis.
2. Gugus auksokrom, yaitu suatu gugus fungsional bersifat
jenuh yang jika terikat pada suatu gugus kromofor maka akan menyebabkan
timbulnya pergeseran puncak serapan gugus kromofor tersebut ke panjang
gelombang yang lebih besar dan juga mempertinggi intensitasnya.
3. Pergeseran batokromik adalah pergeseran puncak absorbsi
ke arah panjang gelombang yang lebih besar (disebut juga red shift atau batocrhromic
shift). Hal ini terjadi karena pengaruh pelarut atau efek substitusi.
4. Pergeseran hipsokromik (hipsocromic shift atau blue
shift) adalah pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih kecil/pendek.
5. Efek hiperkromik adalah efek yang disebabkan oleh gugus
fungsi sehingga menyebabkan kenaikan nilai intensitas serapan maksimum.
6. Efek hipokromik adalah efek yang disebabkan suatu gugus
sehingga menyebabkan penurunan nilai intensitas serapan maksimum.
7. ε1 1% cm adalah ekstingsi suatu
lintasan sinar dengan panjang 1 cm dari larutan dengan konsentrasi 1%.
(Widodo dan
Wijayanti 2002; Gandjar 1991)
Prinsip
Dasar UV-Vis
Ketika cahaya
mengenai larutan bening maka akan terjadi dua hal yaitu transmitansi dan
absorbansi.
Absorbansi
Jika cahaya
mengenai suatu bahan maka cahaya tersebut akan diserap jika energi cahaya
tersebut sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk mengalami perubahan dalam
molekul. Artinya cahaya tersebut akan mengeksitasi elektron dari tingkat energi
terendah ke tingkat energi di atasnya. Pada molekul singel, tingkatan energinya
disebut pita valensi yang berisi elektron dan pita konduksi yang tidak berisi
elektron pada keadaan biasa. Untuk bahan organik, tingkatan energinya dikenal
dengan istilah Highest Occupied Molecular Orbital (HOMO) dan Lowest Unoccupied
Molecular Orbital (LUMO) seperti pada Gambar. Antara HOMO dan LUMO terdapat
celah energi yang tidak ditempati oleh elektron. Elektron dapat berpindah dari
HOMO ke LUMO jika ada cahaya yang diserapnya minimal sama dengan besar
energi celah (band-gap) (Egap ≤ hu). Selain itu, elektron ini
dapat dieksiasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menaikkan
temperatur.
Laju dari berkas
sinar yang masuk ke sistem penyerap akan berbanding lurus dengan intensitas
sinar tersebut yang biasa disimbolkan dengan Io, terjadinya
penyerapan mengakibatkan penurunan intensitas sinar, yang akan keluar sebagai
intensitas sinar yang telah melewati sampel dan disimbolkan dengan I. Dasar
penentuan kuantitatif dari metode spektometri adalah Hukum Lambert-Beer. Hukum
Lambert menyatakan bahwa penyerapan sinar tidak bergantung pada intensitas
sumber cahaya. Hukum Beer menyatakan bahwa fraksi penyerapan sinar sebanding
dengan banyaknya molekul yang menyerap. Sumber radiasi yang dipancarkan harus
memiliki panjang gelombang yang sama untuk penyerapan agar memenuhi hukum Beer.
A adalah serapan cahaya sampel, I0
adalah intensitas tanpa absorbsi, I merupakan intensitas cahaya yang keluar
lewat larutan sampel, l merupakan ketebalan lapisan larutan sampel
(panjang jalur absorbsi), e adalah absorbsivitas molar, yaitu besarnya
serapan sinar dengan panjang 1 cm oleh zat yang konsentrasinya 1 molaritas,
sedangkan C adalah konsentrasi analat (Indraswari
2008).
Syarat berlakunya Hukum
Lambert-Beer :
· Konsentrasi harus rendah
· Zat yang diukur harus stabil
· Cahaya yang dipakai harus monokromatis
·
Larutan yang diukur harus jernih
Nilai absorbansi
larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar. Absorbansi berbanding
lurus dengan ketebalan dan konsentrasi larutan serta berbanding terbalik dengan
nilai transmitansi.
Transmitansi
Transmitansi
larutan T merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan
dimana Po adalah intensitas cahaya yang masuk dan P merupakan
intensitas cahaya yang diteruskan oleh sampel.
Energi maksimum
yang diserap oleh larutan ditunjukan pada panjang gelombang yang memiliki nilai
absorbansi tertinggi dan % transmitan terendah. Energi maksimum dinyatakan
dengan:
E= h u atau E= h c/λ
dimana E = energi cahaya, h = konstanta
Planck (6,67492 x10-34 Js), u = frekuensi, c = panjang gelombang cahaya (3 x 108
ms-1) dan λ = panjang gelombang.
Instrumen yang
digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai
fungsi dari panjang gelombang disebut “spektrometer atau spektrofotometer”.
Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: (1) sumber tenaga
radiasi yang stabil, (2) sistem yang terdiri atas lensa-lensa, cermin,
celah-celah, dan lain-lain, (3) monokromator untuk merubah radiasi menjadi
komponen-komponen panjang gelombang tunggal, (4) tempat cuplikan yang
transparan, dan (5) detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau
pencatat (Sastrohamidjojo 2001).
Sebuah spektrofotometer merupakan suatu
instrumen untuk mengukur transmitans atau absorbans contoh sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Komponen dasar
pada sebuah spektrofotometer baik spektrofotometer berkas tunggal atau ganda
ialah sumber cahaya, monokromator, sel, detektor dan rekorder. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer yang lain ialah panjang dari
sinar putih yang dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat seperti
prisma, granting ataupun celah optis. Prinsip kerja dari spektrofotometer secara
umum ialah suatu berkas radiasi dilewatkan melalui larutan dengan panjang
gelombang tertentu, berkas radiasi akan diserap (diabsorbsi) secara selektif
dan radiasi lainnya akan diteruskan (ditransmisikan) lalu ditangkap oleh
detektor sebagai sinyal listrik yang bisa diukur.
Cara-cara analisis
kualitatif dengan pengukuran absorbans menggunakan teknik spektrofotometri
UV-Vis telah banyak dikembangkan seperti memakai kurva kalibrasi dari sederet
larutan standar, adisi standar. Kurva kalibrasi dari sederet larutan standar
sebaiknya mempunyai komposisi sama dengan komposisi contoh yang sebenarnya, dan
konsentrasi contoh berada diantara kisaran konsentrasi standar. Metode adisi
standar dilakukan dengan menambahkan larutan standar ke dalam larutan cuplikan
maupun campuran cuplikan dan standar (Dini 2008).
Suatu molekul
hanya menyerap radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang khusus
(spesifik untuk molekul tersebut) absorbsi cahaya ultraviolet (radiasi
berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan
energi yang lebih tinggi. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi
untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang
gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah visible
(yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan
daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV. Radiasi
elektromagnetik dipancarkan dalam bentuk paket-paket energi yang menyerupai
partikel yang disebut foton atau kuantum. Energi suatu foton berbanding
terbalik dengan panjang gelombang. Radiasi dengan panjang gelombang lebih
pendek mempunyai energi yang lebih tinggi, oleh karena itu sebuah foton cahaya
UV berenergi lebih tinggi daripada foton gelombang radio) (Sjahid 2008).
No comments:
Post a Comment