Thursday, June 5, 2014

Biologi, Reproduksi dan Siklus Hidup Rajungan (Portunus pelagicus)



Sifat Biologi
Warna rajungan jantan adalah dasar biru dengan bercak putih, sedangkan rajungan betina berwarna dasar hijau kotor dengan bercak putih kotor. Induk rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dari kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri sebanyak 9 buah yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan dapat mencapai 400 gram, dengan ukuran karapas sekitar 200 mm (8 inci). Ukuran rajungan antara yang jantan dan betina berbeda pada umur yang sama. Rajungan jantan ukuran tubuhnya jauh lebih besar dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang, sedangkan rajungan betina berwarna sedikit lebih coklat (Cowan 1992 dalam Susanto 2005).

Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah kiri kanan mata terdapat duri 9 buah, dimana duri yang terakhir berukuran lebih panjang.  Rajungan mempunyai 5 pasang kaki yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) yang berfungsi sebagai pemegang, 3 pasang kaki jalan, dan 1 pasang kaki yang berfungsi sebagai dayung untuk berenang. Nontji (1986) menyatakan rajungan mempunyai 5 pasang kaki jalan, dimana kaki jalan pertamanya berukuran lebih besar, memiliki capit dan kaki jalan terakhir mengalami modifikasi sebagai alat berenang.  Kaki jalan pertama tersusun atas daktilus yang berfungsi sebagai capit, propodos, karpus dan merdus.  Sedangkan pada kaki ke-lima yang mengalami modifikasi pada daktilus menyerupai dayung untuk berenang dan berbentuk pipih.

Pada fase larva rajungan bersifat planktonik yang melayang-layang di lepas pantai dan pada fase megalopa berada di dekat pantai, sering ditemukan menempel pada objek yang melayang.  Setelah mencapai ukuran rajungan muda (juwana), rajungan akan kembali ke estuaria (Susanto, 2005).

Reproduksi
Ø    Terpisah antara jantan () dan betina () (dioceous).
Ø    Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dimana yang jantan terlihat melekatkan diri pada betina, kemudian menghabiskan beberapa waktu perkawinan dengan berenang (Coleman 1991).
Ø   Setelah perkawinan kemudian rajungan bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya. Induk rajungan yang mengandung telur banyak terdapat pada bulan Maret sampai Mei dan pada bulan Juni sampai Agustus.

Siklus Hidup
Panggabean et al. (1982) menggambarkan secara singkat siklus hidup kepiting sebagai berikut:

Dalam daur hidupnya, rajungan melalui fase telur, zoea dan pasca burayak yang telah menyerupai induknya. Telur rajungan menetas sebagai Zoea I yang berkembang menjadi Zoea II, Zoea III dan Zoea IV. Setelah itu, bermetamorfosa menjadi megalopa yang merupakan tingkatan akhir perkembangan burayak.  Selanjutnya tingkat perkembangan pasca burayak diawali dengan crab I (rajungan muda) yang memerlukan moulting (berganti kulit) untuk menjadi besar sampai dewasa (Juwana 1997).

Selanjutnya Nontji (1993) menyatakan bahwa dalam pertumbuhannya, rajungan  (dan semua anggota portunidae) sering berganti kulit.  Jika rajungan akan tumbuh lebih besar, maka kulitnya akan retak, pecah dan akan keluar individu yang lebih besar dengan kulit yang masih lunak. Afrianto & Liviawaty (1995) mengemukakan bahwa setiap kali terjadi pergantian kulit, tubuh kepiting/rajungan akan bertambah besar sekitar sepertiga kali ukuran semula.

No comments:

Post a Comment