Sifat
Biologi
Warna
rajungan jantan adalah dasar biru dengan bercak putih, sedangkan rajungan betina
berwarna dasar hijau kotor dengan bercak putih kotor. Induk rajungan mempunyai
capit yang lebih panjang dari kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri
sebanyak 9 buah yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan
dapat mencapai 400 gram, dengan ukuran karapas sekitar 200 mm (8 inci). Ukuran rajungan antara yang jantan dan betina
berbeda pada umur yang sama. Rajungan jantan ukuran tubuhnya jauh lebih besar
dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang, sedangkan rajungan betina
berwarna sedikit lebih coklat (Cowan 1992 dalam Susanto 2005).
Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah
kiri kanan mata terdapat duri 9 buah, dimana duri yang terakhir berukuran lebih
panjang. Rajungan mempunyai 5 pasang kaki yang terdiri atas 1 pasang kaki
(capit) yang berfungsi sebagai pemegang, 3 pasang kaki jalan, dan 1 pasang kaki
yang berfungsi sebagai dayung untuk berenang. Nontji (1986) menyatakan rajungan
mempunyai 5 pasang kaki jalan, dimana kaki jalan pertamanya berukuran lebih
besar, memiliki capit dan kaki jalan terakhir mengalami modifikasi sebagai alat
berenang. Kaki jalan pertama tersusun atas daktilus
yang berfungsi sebagai capit, propodos, karpus dan merdus. Sedangkan pada
kaki ke-lima yang mengalami modifikasi pada daktilus menyerupai dayung untuk
berenang dan berbentuk pipih.
Pada fase
larva rajungan bersifat planktonik yang melayang-layang di lepas pantai dan
pada fase megalopa berada di dekat pantai, sering ditemukan menempel pada objek
yang melayang. Setelah mencapai ukuran rajungan muda (juwana), rajungan
akan kembali ke estuaria (Susanto, 2005).
Reproduksi
Ø Terpisah antara jantan (♂)
dan betina (♀) (dioceous).
Ø Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dimana
yang jantan terlihat melekatkan diri pada betina, kemudian menghabiskan
beberapa waktu perkawinan dengan berenang (Coleman 1991).
Ø Setelah perkawinan kemudian rajungan bermigrasi ke
perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya. Induk
rajungan yang mengandung telur banyak terdapat pada bulan Maret sampai Mei dan
pada bulan Juni sampai Agustus.
Siklus Hidup
Panggabean et al.
(1982) menggambarkan secara singkat siklus hidup kepiting sebagai berikut:
Dalam daur
hidupnya, rajungan melalui fase telur, zoea dan pasca burayak yang telah
menyerupai induknya. Telur rajungan menetas sebagai Zoea I yang berkembang
menjadi Zoea II, Zoea III dan Zoea IV. Setelah itu, bermetamorfosa menjadi
megalopa yang merupakan tingkatan akhir perkembangan burayak. Selanjutnya
tingkat perkembangan pasca burayak diawali dengan crab I (rajungan muda) yang
memerlukan moulting (berganti kulit) untuk menjadi besar sampai dewasa
(Juwana 1997).
Selanjutnya Nontji
(1993) menyatakan bahwa dalam pertumbuhannya, rajungan (dan semua anggota
portunidae) sering berganti kulit. Jika rajungan akan tumbuh lebih besar,
maka kulitnya akan retak, pecah dan akan keluar individu yang lebih besar
dengan kulit yang masih lunak. Afrianto & Liviawaty (1995) mengemukakan
bahwa setiap kali terjadi pergantian kulit, tubuh kepiting/rajungan akan bertambah
besar sekitar sepertiga kali ukuran semula.
No comments:
Post a Comment