Radiasi
gelombang elektromagnetik adalah energi yang dipancarkan menembus ruang dalam
bentuk gelombang-gelombang atau paket-paket energi. Tiap tipe radiasi gelombang
elektromagnetik (mulai dari radiasi gelombang radio hingga radiasi gamma)
dicirikan oleh panjang gelombang (λ) atau frekuensi (υ) dari gelombang
tersebut. Ketika suatu radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi,
akan terjadi suatu interaksi yang berupa penyerapan energi (absorbsi) oleh
atom-atom atau molekul-molekul dari materi tersebut.
Absorbsi
sinar ultraviolet dan cahaya tampak oleh suatu materi akan mengakibatkan
tereksitasinya elektron dari tingkat energi (orbital) rendah ke tingkat-tingkat
energi yang lebih tinggi. Pada absorbsi radiasi infra merah oleh suatu materi,
radiasi yang diserap tersebut tidak cukup mengandung energi untuk mengeksitasi
elektron, namun akan menyebabkan membesarnya amplitudo getaran (vibrasi) dari
atom-atom yang terikat satu sama lain yang membentuk suatu ikatan molekul.
Keadaan ini disebut dengan vibrasi tereksitasi (Fessenden 1982).
Salah
satu metode spektroskopi yang sangat populer digunakan adalah metode Spektroskopi FTIR (Fourier Transform
Infrared), yaitu metode spektroskopi inframerah modern yang dilengkapi
dengan teknik transformasi Fourier untuk deteksi dan analisis hasil
spektrumnya. Dalam hal ini metode spektroskopi yang digunakan adalah metode
spektroskopi absorbsi, yaitu metode spektroskopi yang didasarkan atas perbedaan
penyerapan radiasi inframerah oleh molekul suatu materi. Absorbsi inframerah
oleh suatu materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yakni kesesuaian
antara frekuensi radiasi inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel
dan perubahan momen dipol selama bervibrasi (Chatwal 1985).
Spektroskopi
FTIR (fourier transform infrared)
merupakan salah satu teknik analitik yang sangat baik dalam proses identifikasi
struktur molekul suatu senyawa. Komponen utama spektroskopi FTIR adalah
interferometer Michelson yang mempunyai fungsi menguraikan (mendispersi)
radiasi inframerah menjadi komponen-komponen frekuensi. Penggunaan
interferometer Michelson tersebut memberikan keunggulan metode FTIR
dibandingkan metode spektroskopi inframerah konvensional maupun metode
spektroskopi yang lain. Diantaranya adalah informasi struktur molekul dapat
diperoleh secara tepat dan akurat (memiliki resolusi yang tinggi). Keuntungan
yang lain dari metode ini adalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi sampel
dalam berbagai fase (gas, padat atau cair). Kesulitan-kesulitan yang ditemukan
dalam identifikasi dengan spektroskopi FTIR dapat ditunjang dengan data yang
diperoleh dengan menggunakan metode spektroskopi yang lain (Harmita 2006).
Fourier
Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) merupakan teknik analitik yang digunakan
untuk mengidentifikasi material organik (dalam beberapa kasus juga pada
material inorganik). Teknik ini mengukur absorbsi panjang gelombang cahaya
infrared yang dipancarkan oleh material yang diuji. Pita absorbsi
infrared ini menunjukkan struktur dan komponen molekul tertentu.
Pita
absorbsi berada dalam rentang bilangan gelombang 4000 - 1500 yang secara khusus
berhubungan dengan grup fungsional tertentu (misalnya -OH, C=O, N-H, CH3,
dan lain-lain). Daerah antara bilangan gelombang 1500 - 400 menunjukkan daerah
fingerprint untuk ikatan tertentu. Pita absorbsi pada daerah ini secara umum
menunjukkan fenomena intra-molekular tertentu dan spesifik untuk tiap material.
Speksifitas ikatan dibandingkan dengan data komputer dengan spektrum yang
diperoleh dari material yang diidentifikasi.
Pada
dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra-Red (disingkat FTIR) adalah
sama dengan Spektrofotometer Infra-Red dispersi, yang membedakannya adalah
pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati
contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform Infra-Red
adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph
Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari Perancis.
Dari
deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah
waktu atau daerah frekuensi. Perubahan gambaran intensitas gelombang radiasi
elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekuensi atau sebaliknya disebut
Transformasi Fourier (Fourier Transform).
Selanjutnya
pada sistem optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra-Red dipakai dasar
daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang
radiasi elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer
yang dikemukakan oleh Albert Abraham Michelson (Jerman 1831).
Cara Kerja Alat Spektrofotometer FTIR
Sistem
optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar di bawah ini dilengkapi dengan
cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi
infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang
bergerak (M) dan jarak cermin yang diam (F). Perbedaan jarak tempuh radiasi
tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi (δ).
Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi
disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistem optik dari Spektrofotometer IR
yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistem optik
Fourier Transform Infra-Red.
Pada
sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah
yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.
Detektor
yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra Glycerin
Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih
banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS,
yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekuensi modulasi tinggi, lebih
sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif
terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
Keunggulan Spektrofotometer FTIR
Secara
keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua kelebihan
utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :
1.
Dapat
digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga
analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau
scanning.
2. Sensitifitas
dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab
radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui
celah (slitless).
(Giwangkara
2007)
Identifikasi
Material – Spektrum absorbsi IR yang tidak diketahui dibandingkan dengan
spektrum standar dalam database komputer atau spektrum yang diperoleh dari
material yang diketahui untuk menentukan identitas material yang dianalisis.
Dengan membandingkan polimer atau unsur organik lainnya dalam sampel.
Perhitungan-perhitungan konsentrasi dalam senyawa dapat ditentukan dari daerah di bawah
kurva dalam daerah yang diperoleh dari spektrum area IR. Kalibrasi konsentrasi
ditentukan dengan membuat kurva standar dari sampel yang konsentrasinya
diketahui.
makasih bang atas artikelnya
ReplyDelete