Molting adalah
proses pergantian cangkang pada crustacea dan terjadi ketika ukuran daging
crustacea bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar, karena
eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk menyesuaikan keadaan ini crustacea
akan melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali dengan bantuan kalsium.
Durasi siklus molting adalah
interval waktu yang dibutuhkan oleh crustacea pada kegiatan molting pertama
dengan molting berikutnya.
Durasi siklus molting secara signifikan menurun dengan EA (Eyestalk Ablation): bilateral ablasi membutuhkan waktu 10 hari dan unilateral
ablasi membutuhkan waktu 17 hari, sedangkan perlakuan kontrol
membutuhkan waktu 24 hari, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jantan dan betina. Mortalitas terjadi 2% pada
perlakuan kontrol, 33% pada unilateral ablasi, dan 68% pada bilateral ablasi dan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara seks (tidak ditampilkan) (Hernandez et al. 2008).
Seperti pada
penelitian lainnya, durasi siklus molting menurun pada udang putih jantan
maupun betina sebagai akibat dari EA. Hasil yang sama dilaporkan oleh Chan et
al. (1990) pada udang dengan ukuran yang sama namun dipertahankan pada suhu
22°C, daripada 24°C, dimana durasi siklus molting pada udang tanpa ablasi,
unilateral ablasi dan bilateral ablasi masing-masing adalah 23.4, 15.9, dan 9.1
hari. Namun, pada dua spesies lain di genus yang sama (udang biru Litopenaeus
stylirostris dan udang putih L. setiferus) dipertahankan pada suhu
yang lebih tinggi (27–29oC) (M’Boy 2014). Pengaruh EA yang
menyebabkan singkatnya durasi molting juga dilaporkan oleh Robertson et al. (1987) : 13,6 hari pada udang
tanpa ablasi dan 11,5 hari pada udang dengan unilateral ablasi. Penurunan
durasi siklus molting karena EA diduga terutama disebabkan oleh rendahnya
konsentrasi molt-inhibiting hormone (MIH)
yang disebabkan oleh EA. Ekstrak kelenjar sinus atau MIH rekombinan memberikan
aksi hambat pada biosintesis ecdysteroids (Hernandez et al. 2008). Oleh karena itu, mungkin
perbedaan dalam durasi siklus molting antara jantan dan betina
akan terjadi pada udang lebih besar.
Hasil penelitian
Venkitraman et al. (2010) juga
menjelaskan bahwa ablasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi
dan durasi molting. Pada udang dengan ukuran 35-40 mm didapatkan bahwa
rata-rata intermolt setelah molting pertama adalah 7 hari untuk udang yang
diablasi secara bilateral, 8,5 hari untuk unilateral dan kontrol grup 10,33
hari (M’Boy 2014). Selanjutnya untuk molting kedua adalah 4,857 dan 6,667 hari
masing-masing untuk udang yang diablasi secara bilateral dan unilateral. Namun
tidak terjadi molting kedua pada udang kontrol selama periode 14 hari.
Selanjutnya Okomura & Katsumi (2001) dalam
Hesni et al. (2008)
mengemukakan bahwa peningkatan ecdysteroid yang cepat dan interval molting
lebih pendek terjadi secara signifikan dibanding dengan udang (M.
rosenbergii) yang utuh (tidak diablasi).
No comments:
Post a Comment