Thursday, August 14, 2014

Pengaruh Ablasi Tangkai Mata Terhadap Durasi Siklus Molting Crustacea

Molting adalah proses pergantian cangkang pada crustacea dan terjadi ketika ukuran daging crustacea bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar, karena eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk menyesuaikan keadaan ini crustacea akan melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali dengan bantuan kalsium. Durasi siklus molting adalah interval waktu yang dibutuhkan oleh crustacea pada kegiatan molting pertama dengan molting berikutnya.

Durasi siklus molting secara signifikan menurun dengan EA (Eyestalk Ablation): bilateral ablasi membutuhkan waktu 10 hari dan unilateral ablasi membutuhkan waktu 17 hari, sedangkan perlakuan kontrol  membutuhkan waktu 24 hari, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jantan dan betina. Mortalitas terjadi 2% pada perlakuan kontrol, 33% pada unilateral ablasi, dan 68% pada bilateral ablasi dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara seks (tidak ditampilkan) (Hernandez et al. 2008).

Seperti pada penelitian lainnya, durasi siklus molting menurun pada udang putih jantan maupun betina sebagai akibat dari EA. Hasil yang sama dilaporkan oleh Chan et al. (1990) pada udang dengan ukuran yang sama namun dipertahankan pada suhu 22°C, daripada 24°C, dimana durasi siklus molting pada udang tanpa ablasi, unilateral ablasi dan bilateral ablasi masing-masing adalah 23.4, 15.9, dan 9.1 hari. Namun, pada dua spesies lain di genus yang sama (udang biru Litopenaeus stylirostris dan udang putih L. setiferus) dipertahankan pada suhu yang lebih tinggi (27–29oC) (M’Boy 2014). Pengaruh EA yang menyebabkan singkatnya durasi molting juga dilaporkan oleh Robertson et al. (1987) : 13,6 hari pada udang tanpa ablasi dan 11,5 hari pada udang dengan unilateral ablasi. Penurunan durasi siklus molting karena EA diduga terutama disebabkan oleh rendahnya konsentrasi  molt-inhibiting hormone (MIH) yang disebabkan oleh EA. Ekstrak kelenjar sinus atau MIH rekombinan memberikan aksi hambat pada biosintesis ecdysteroids (Hernandez et al. 2008). Oleh karena itu, mungkin perbedaan dalam durasi siklus molting antara jantan dan betina akan terjadi pada udang lebih besar.

Hasil penelitian Venkitraman et al. (2010) juga menjelaskan bahwa ablasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi dan durasi molting. Pada udang dengan ukuran 35-40 mm didapatkan bahwa rata-rata intermolt setelah molting pertama adalah 7 hari untuk udang yang diablasi secara bilateral, 8,5 hari untuk unilateral dan kontrol grup 10,33 hari (M’Boy 2014). Selanjutnya untuk molting kedua adalah 4,857 dan 6,667 hari masing-masing untuk udang yang diablasi secara bilateral dan unilateral. Namun tidak terjadi molting kedua pada udang kontrol selama periode 14 hari. Selanjutnya Okomura & Katsumi (2001) dalam Hesni et al. (2008) mengemukakan bahwa peningkatan ecdysteroid yang cepat dan interval molting lebih pendek terjadi secara signifikan dibanding dengan udang (M. rosenbergii) yang utuh (tidak diablasi).

No comments:

Post a Comment