Wednesday, August 6, 2014

Konsentrasi Glukosa dan Laktat dalam Hemolymph Pada Crustacea Pasca Ablasi Mata



Kadar glukosa, jika dibandingkan dengan udang yang tidak diablasi (kontrol), pada udang jantan yang diablasi secara unilateral akan mengalami peningkatan dan menurun pada betina. Udang yang diablasi secara bilateral memiliki tingkat glukosa yang lebih rendah, dibandingkan dengan perlakuan kontrol (betina) atau jantan dengan unilateral ablasi (Gambar 1a). 

Konsentrasi laktat  lebih tinggi signifikan pada betina dibandingkan pada jantan (efek utama dari jenis kelamin; jantan 3,5 ± 0,43 mg dL-1, betina 6,5 ± 0,7 mg dL-1). Konsentrasi laktat jauh lebih rendah pada perlakuan bilateral ablasi, dibandingkan dengan perlakuan unilateral ablasi pada  betina atau jantan, dengan tingkat menengah pada perlakuan kontrol (Gambar 1b; efek utama perlakuan EA) (Hernandez et al. 2008).

Gambar 1. Pengaruh ablasi mata terhadap kadar glukosa dalam hemolymph (a) dan laktat (b) pada Litopenaeus vannamei. (C) kontrol, (U) unilateral ablasi, (B) bilateral ablasi.
 

Tingginya tingkat laktat diamati pada betina di semua perlakuan. Betina bisa lebih rentan terhadap stress selama prosedur sampling, karena peningkatan laktat merupakan respon stres yang khas dalam udang penaeid (Racotta dan Palacios 1998). Kadar glukosa rendah terjadi pada betina yang diablasi secara unilateral, namun sebaliknya pada jantan, ini berhubungan dengan penggunaan glukosa yang lebih tinggi dalam glikolisis anaerobik, yang ditandai dengan naiknya tingkat laktat pada betina yang diablasi secara unilateral. Untuk perlakuan kontrol, level trigliserida rendah, sedangkan protein lebih tinggi pada jantan dari pada betina. Kedua komponen ini menunjukkan sirkulasi cadangan yang bisa membantu peningkatan metabolisme jaringan yang disebabkan oleh EA sebagai pengaruh konsumsi oksigen (Hernandez et al. 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Khazraeenia dan Khazraiinia (2009) dikemukakan bahwa titer rata-rata glukosa dalam hemolymph  4,8 ± 0,35 mg/dL (mean ± SD) pada kepiting kontrol pada minggu ke 0 dan 2,4 ± 0,13 mg/dL kepiting yang diablasi pada minggu 1, yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan grup kontrol (4,88 ± 0,35 mg/dL; p< 0,05; Gambar 5). Pada akhir minggu kedua dan ketiga, titer rata-rata glukosa hemolymph dari kepiting yang diablasi memuncak pada 16,27 ± 1,2 mg/dL dan 21,96 ± 1,25 mg/dL, yang jauh lebih tinggi dari kadar tertinggi pada grup kontrol (4,9 ± 0,35 mg/dL, p<0,05). Rata-rata kadar glukosa hemolymph adalah 18-21 mg/dL diukur pada kepiting ablasi yang molting empat minggu setelah pengangkatan eyestalks.



Gambar 2. Kadar glukosa dalam hemolymph kepiting Potamon persicum



No comments:

Post a Comment