Kadar
glukosa, jika
dibandingkan dengan udang yang tidak diablasi (kontrol), pada udang jantan yang diablasi secara unilateral akan mengalami peningkatan dan menurun
pada betina. Udang yang diablasi secara bilateral memiliki tingkat glukosa yang
lebih rendah, dibandingkan dengan perlakuan kontrol (betina) atau jantan
dengan unilateral ablasi (Gambar 1a).
Konsentrasi
laktat lebih tinggi signifikan pada betina
dibandingkan pada jantan (efek utama dari jenis kelamin; jantan 3,5 ± 0,43 mg dL-1, betina 6,5 ± 0,7 mg dL-1).
Konsentrasi laktat jauh lebih rendah pada perlakuan bilateral ablasi,
dibandingkan dengan perlakuan unilateral ablasi pada betina atau jantan,
dengan tingkat menengah pada perlakuan kontrol (Gambar 1b; efek utama perlakuan EA) (Hernandez et al. 2008).
Gambar 1.
Pengaruh ablasi mata terhadap kadar glukosa dalam hemolymph (a) dan laktat (b)
pada Litopenaeus vannamei. (C) kontrol, (U) unilateral ablasi, (B)
bilateral ablasi.
Tingginya tingkat laktat diamati pada betina di semua perlakuan. Betina
bisa lebih rentan terhadap
stress selama prosedur sampling, karena peningkatan laktat merupakan respon stres
yang khas dalam udang penaeid (Racotta dan Palacios 1998). Kadar glukosa rendah terjadi pada
betina yang diablasi secara unilateral, namun sebaliknya pada jantan, ini
berhubungan dengan penggunaan glukosa yang lebih tinggi dalam glikolisis anaerobik,
yang ditandai dengan naiknya tingkat laktat pada betina yang diablasi secara
unilateral. Untuk perlakuan kontrol, level trigliserida rendah, sedangkan protein lebih tinggi pada jantan
dari pada betina. Kedua komponen ini
menunjukkan sirkulasi cadangan yang
bisa membantu peningkatan metabolisme
jaringan yang disebabkan oleh EA sebagai pengaruh konsumsi oksigen (Hernandez et al. 2008).
Berdasarkan
hasil penelitian Khazraeenia dan Khazraiinia (2009) dikemukakan bahwa titer rata-rata glukosa dalam hemolymph 4,8 ±
0,35 mg/dL (mean ± SD) pada kepiting kontrol pada minggu ke 0 dan 2,4 ± 0,13
mg/dL kepiting yang diablasi pada minggu 1, yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan grup kontrol (4,88 ± 0,35 mg/dL; p< 0,05; Gambar 5). Pada
akhir minggu kedua dan ketiga, titer rata-rata glukosa hemolymph dari kepiting
yang diablasi memuncak pada 16,27 ± 1,2 mg/dL dan 21,96 ± 1,25 mg/dL, yang jauh
lebih tinggi dari kadar tertinggi pada grup kontrol (4,9 ± 0,35 mg/dL,
p<0,05). Rata-rata kadar glukosa hemolymph adalah
18-21 mg/dL diukur pada kepiting ablasi yang molting empat minggu setelah
pengangkatan eyestalks.
Gambar 2. Kadar glukosa dalam hemolymph
kepiting Potamon persicum
No comments:
Post a Comment