Pada kijing
(Anodonta woodiana), sel telur
yang sudah dibuahi oleh sperma akan menetas menjadi glokidia. Glokidia ini akan
keluar dari induknya dengan cara meninggalkan insang melalui rongga
suprabrankial dan sifon inhalant. Glokidia ini selanjutnya akan jatuh ke dasar
perairan atau terbawa arus air. Bila ada ikan berenang dekat dasar perairan,
maka glokidia akan menempelkan kaitnya pada sirip ikan atau bagian permukaan
tubuh ikan. Tiap jenis kijing muda mempunyai satu atau beberapa jenis ikan
sebagai induk semangnya. Menurut Rheichard et al. (2006), ikan kelompok Cyprinidae merupakan inang yang
baik bagi A. woodiana karena memiliki hubungan simbiosis mutualisme
(saling menguntungkan). Glokidia kijing membutuhkan inang sebagai tempat
menempel untuk pertumbuhannya, sedangkan ikan menggunakan glokidia sebagai foster
parents (orangtua asuh) yang membantu perkembangan embrio mereka.
Penempelan glokidia menimbulkan reaksi inang
dengan tumbuhnya jaringan sekitar parasit dan membentuk siste (cyst) (Suwignyo
et al. 2005). Larva glokidia di
dalam siste hidup sebagai parasit, dengan mantelnya yang berisi phagocyte memakan
jaringan tubuh inang untuk pertumbuhannya. Beberapa jenis Unionidae memiliki
sifat parasit spesifik terhadap satu macam ikan inang (Smith 2001). Selama
periode parasit antara 10 sampai 30 hari terjadi metamorfosa menjadi anak
kijing. Akhirnya anak kijing keluar dari siste, jatuh ke dasar perairan dan
hidup di dasar perairan berlumpur dan berkembang menjadi dewasa. Pendapat ini
berbeda dari hasil penelitian Reichard et
al. (2006) tersebut di atas. Oleh karena itu, interaksi antara glokidia kijing dan inangnya selain bersifat
simbiosis mutualisme juga dapat bersifat parasitisme. Glokidia melekat pada
insang ikan inang dan encyst, yaitu glokidia dalam filamen insang ikan.
Kira-kira 3 minggu glokidia-glokidia tersebut jatuh dari insang dan menetap di
dasar dan berubah menjadi juvenil. Juvenil tersebut panjangnya mendekati 0.75
mm.