Pengaturan Jenis Kelamin atau Perubahan kelamin adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah status kelamin
baik dari jantan menjadi betina ataupun sebaliknya. Pada ikan, hal ini dapat
dilakukan melalui pendekatan hormonal dan genetik, diduga pada udang pun dapat
dilakukan pendekatan yang sama (Sumantadinata & Carman 1995). Pendekatan hormonal biasanya dilakukan dengan cara pemberian
hormon steroid (kelompok androgen dan estrogen) sebelum diferensiasi terjadi.
Sedangkan pendekatan genetik dilakukan melalui persilangan antar spesies/genus
tertentu, jenis kelamin ikan memiliki arti penting dalam pengembangbiakannya,
karena antara jantan dan betina terdapat perbedaan laju pertumbuhan, pola
tingkah laku dan ukuran maksimum individu (Yamazaki 1983).
Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor genetis
dan lingkungan. Kedua faktor tersebut akan bekerja secara sinergis untuk
menentukan ekspresi fenotipe suatu karakter. Faktor genetis yang menentukan
jenis kelamin yaitu kromosom seks atau gonosom yang mengandung faktor gen-gen
jantan dan betina. Sedangkan yang tidak menentukan jenis kelamin disebut
kromosom biasa atau autosom (Kirpichnikov 1981; Yatim 1986).
Perubahan jenis kelamin dapat terjadi
secara alami dan buatan. Perubahan kelamin secara alami adalah perubahan
kelamin yang disebabkan oleh faktor lingkungan dengan susunan genetiknya tidak
mengalami perubahan. Sedangkan perubahan kelamin buatan merupakan usaha manusia
untuk mengarahkan perkembangan organ reproduksi dengan pemberian bahan yang
dapat merangsang perubahan tersebut (Yatim 1986). Selanjutnya menurut Chan & Yeung (1983)
perubahan kelamin buatan untuk menghasilkan individu dengan fenotipe kelamin
yang tidak sama dengan kelamin genotipenya.
Perubahan jenis kelamin secara buatan dimungkinkan karena
pada fase pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin dan belum ada
pembentukan steroid sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan dengan
menggunakan hormon steroid sintesis (Yamazaki 1983; Hunter & Donaldson 1983). Hormon steroid tersebut dapat
mengatur beberapa fenomena reproduksi misalnya proses diferensiasi gonad,
pembentukan gamet, ovulasi, spermiasi, pemijahan atau tingkah laku kawin,
ciri-ciri seks sekunder, perubahan morfologis atau fisiologis pada musim
pemijahan atau produksi feromon. Di antara fenomena tersebut diferensiasi gonad
terjadi lebih dahulu kemudian diikuti oleh fenomena lain (Yamazaki 1983).